Kepala Dinkes KB Kota Singkawang, Achmad Hardin, menjelaskan bahwa dalam rakor ini, berbagai intervensi kesehatan akan diperkenalkan untuk menangani stunting, seperti konsumsi tablet tambah darah untuk remaja putri, pemeriksaan kehamilan, pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil, serta pemantauan tumbuh kembang balita. Selain itu, edukasi mengenai pemberian ASI eksklusif, makanan tambahan protein hewani, dan imunisasi juga menjadi bagian dari 11 program utama yang disosialisasikan.
"Pada hari pertama rakor ini, kami akan memaparkan data stunting serta pengukuran kelompok berisiko di setiap kelurahan dan kecamatan. Data ini akan menjadi dasar untuk diskusi lebih lanjut dalam Focus Group Discussion (FGD) pada hari kedua besok," jelas Hardin.
Dalam rakor ini, diharapkan setiap tantangan dan kendala yang dihadapi selama penanganan stunting sepanjang 2024 bisa dirumuskan bersama untuk solusi yang lebih efektif. Dengan demikian, langkah-langkah perbaikan dapat segera diimplementasikan untuk mencapai target penurunan stunting yang lebih baik pada 2025.
“Semoga rakor dan FGD dua hari ini bisa menghasilkan solusi-solusi praktis, terutama mengenai kendala lapangan di masing-masing daerah yang memiliki karakteristik berbeda. Kami berharap di tahun 2025, capaian pengukuran stunting bisa meningkat,” tambah Hardin.
Pj Wali Kota Singkawang, Sumastro, dalam arahannya menekankan pentingnya kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak dalam upaya percepatan penurunan prevalensi stunting. Menurutnya, setiap pihak, termasuk masyarakat di tingkat kelurahan, memiliki tanggung jawab besar dalam pencegahan stunting.
"Percepatan penurunan stunting harus menjadi tanggung jawab bersama, terutama bagi keluarga yang berpotensi mengalami stunting. Oleh karena itu, edukasi tentang pentingnya gizi sejak perencanaan memiliki anak hingga pembinaan bagi masyarakat harus terus digalakkan," ujar Sumastro.
Sumastro juga menekankan pentingnya pemanfaatan pekarangan rumah untuk menghasilkan pangan bergizi, mengingat banyak orang tua yang memberikan makanan ringan yang tidak bergizi kepada anak-anak mereka. "Penting untuk mengajarkan masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan gizi tanpa harus membeli bahan pangan," tambahnya.
Ia berharap rakor ini dapat menghasilkan peta permasalahan yang lebih jelas, sehingga langkah-langkah yang diambil dalam penanggulangan stunting di Singkawang bisa lebih terfokus dan efektif. "Kami akan terus dorong gerakan solidaritas nasional dan melibatkan pihak-pihak CSR untuk mempercepat penanggulangan stunting," harap Sumastro.
Dengan rakor ini, Pemerintah Kota Singkawang optimis dapat meningkatkan efektivitas program penanggulangan stunting dan mewujudkan Singkawang sebagai kota yang bebas stunting pada masa depan. [SK]