Zainab Amjad, seorang insinyur perminyakan, berfoto dekat lapangan minyak di luar Kota Basra, Irak. (Foto ilustrasi: Nabil al-Jourani/AP)
Suara Landak - Dilansir dari VOA, selama lebih dari satu abad, Hari Perempuan Internasional telah merayakan pencapaian perempuan di seluruh dunia, mengatasi ketidaksetaraan gender yang masih mengakar. Peringatan tahun ini terjadi bersamaan dengan laporan PBB yang menyebut perempuan, terutama perempuan kulit berwarna, menghadapi tingkat pengangguran yang tinggi.
Sementara jumlah lapangan kerja menurun di seluruh dunia selama pandemi Covid-19, dampak ekonomi yang dirasakan perempuan sangatlah keras, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, “Perempuan, yang mewakili 70% dari seluruh petugas layanan kesehatan, termasuk di antara mereka yang paling terdampak pandemi dan memimpin penanganannya. Ketidaksetaraan gender telah meningkat secara dramatis setahun terakhir, karena perempuan menanggung beban akibat penutupan sekolah dan kebijakan kerja dari rumah.”
Data PBB menunjukkan perempuan yang kehilangan pekerjaan sekitar 5% di seluruh dunia – dibandingkan 3,9% yang dialami laki-laki.
Seorang petani perempuan asal Kolombia, Nubia Roció Gaona Cárdenas, menuturkan, “Para ibu dan anak-anak mengatakan mereka tidak punya apa-apa untuk dimakan. Itu menghancurkan hati saya. Kenapa? Saya pernah mengalaminya, dan sebagai seorang ibu – melihat anak-anak lapar dan tidak bisa memberi mereka apapun, barang sebutir permen ataupun roti agar setidaknya mereka tidak menangis karena kelaparan.”
Di Amerika Serikat, kehilangan pekerjaan terutama dialami perempuan kulit hitam dan latin, menurut Minda Harts, CEO Gender Equality Advocate, platform yang mempromosikan karir perempuan kulit berwarna.
“Dalam industri di mana perempuan kulit hitam dan coklat kebanyakan dipekerjakan – seperti perhotelan, rekreasi, beberapa di antara industri itu mempekerjakan banyak perempuan kulit hitam dan coklat. Lalu pada tahun 2020, kami menyadari banyak di antara industri itu yang terdampak parah. Itu berdampak pada para perempuan yang sebelumnya bekerja di sana dan kini kehilangan pekerjaan tersebut,” katanya.
Meskipun menghadapi tantangan ekonomi dan memikul beban pengasuhan anak karena ditutupnya sekolah, perempuan di seluruh dunia telah menemukan berbagai cara untuk menggunakan keterampilan mereka dan menginspirasi orang lain.
“Anak laki-laki saya bilang, ‘Ibu, ayo kita lakukan sesuatu yang produktif.’ Beberapa kanal YouTube yang mereka tonton tidak mengajarkan apapun pada mereka, maka ayo kita ajari mereka cara bercocok tanam, atau ajari mereka sesuatu. Mari berikan mereka harapan,” tambah Cárdenas.
Sementara Niga Mohammed, penjahit asal Irak, berkata, “Kami yakin perempuan itu kuat dan bisa membuat perubahan. Kami juga punya berbagai kemampuan dan bisa bekerja bersama laki-laki.”
Tema Hari Perempuan Internasional tahun 2021 adalah “Memilih untuk Menantang” – sebuah seruan demi dunia yang lebih setara gender. Bagi banyak perempuan di seluruh dunia, tantangan langsung terbesar saat ini mungkin untuk tetap bertahan di dunia yang tengah dilanda pandemi.
Sumber : VOA